Pengganti Gandung Impor Bahan Dasar Tepung
PURWAKARTA-Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika terus mengembangkan potensi pangan baru di Purwakarta. Salah satunya adalah memberikan bantuan para petani terkait budidaya sorgum atau cantel. Hal ini sebagai upaya mendukung kebijakan Presiden RI Joko Widodo dan arahan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam membangun dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
“Kebijakan Presiden dan arahan Menko Perekonomian merupakan langkah nyata mewujudkan cita-cita luhur Proklamator Bung Karno yakni berdikari di bidang ekonomi, ternasuk soal pangan. Pemkab Purwakarta mendukung penuh kebijakan tersebut,” kata Ambu Anne, panggilan akrab bupati, kepada wartawan, Kamis (27/4).
Salah satu yang diupayakan, sambungnya, mengembangkan budidaya sorgum sebagai salah satu komuditas pangan masa depan. Untuk itu, Ambu Anne melalui Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kabupaten Purwakarta sudah menyediakan lahan di Desa Ciwareng, Kecamatan Babakancikao.
Baca Juga:Pemda Targetkan 500 Ribu Wisatawan Kunjungi KBBPolsek Jatiluhur Jamin Keamanan dan Kenyamanan Wisatawan
“Lahan tersebut saat ini sudah mulai ditanami sorgum. Harapannya sorgum ini menjadi pengganti gandum impor sebagai bahan dasar pembuatan tepung,” ujar Ambu Anne.
Selain Babakancikao, kawasan lain di Kabupaten Purwakarta yang diproyeksikan sebagai lokasi pertanian budidaya tanaman bernama latin Sorghum bicolor ini adalah Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Sukatani.
Ambu Anne menyadari jika sorgum ini kerap dikeluhkan karena dianggap sulit untuk menjual bijinya setelah dikembangkan petani. Padahal, lanjutnya, jika dikembangkan dalam bentuk-bentuk hasil UMKM maka nilai ekonomisnya tinggi.
Problemnya, ungkap Ambu Anne, para petani ini setelah memanen ingin langsung menjual hasil taninya tersebut. Padahal jika ada teknologi pangan yang mumpuni, maka nilai jual sorgum pun akan meningkat.
“Selama ini sorgum hanya dihargai Rp3.000 – 3.500 per kilogram untuk kering panen. Sedangkan untuk batangan harganya di kisaran Rp300 – 400 per kilogram,” ucapnya.
Mengapa bisa murah seperti itu, lanjut Bupati Anne, karena kurangnya teknologi penunjang. Sorgum pun selama ini dijual begitu saja tanpa diolah lagi, bahkan jika susah dijual maka sorgum hasil tani ini hanya jadi pakan ternak.
“Karenanya kami berencana berkoordinasi dengan Jurusan Teknologi Pangan Universitas Pasundan terkait pengembangan produk dari sorgum ini. Kandungan sorgum sendiri sebenarnya jauh lebih baik daripada beras dan gandum,” katanya.