Pojokan 160, Warung Madura

Pojokan 160, Warung Madura, (foto: Kang Marbawa)i
Pojokan 160, Warung Madura, (foto: Kang Marbawa)i
0 Komentar

Keberaniana bersaing dan bisa jadi sebagai perlawanan terhadap hegemoni jaringan waralaba konglomerasi.

Dalam sejarag perekonomian nasional, Indonesia telah mengalami tiga kali kelesuan ekonomi (inflasi yang tinggii tahun 1963, 1998, dan 2020/2021) yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional.

Para ekonom maupun pejabat pemerintah selalu mengeluarkan kebijakan untuk mengentaskan kolapsnya perusahaan-perusahaan besar, yang dianggap soko guru dan roda penggerak ekonomi.

LIHAT JUGA: Pojokan 157, Figur

Padahal justru, kolapsnya industri tersebut disebabkan salah urus dan korupsi.

Baca Juga:PLN UP3 Purwakarta Gelar Pasukan dan Peralatan untuk Tingkatkan Kualitas PelayananPemenang Undian Jalan Sehat Sampaikan Terimakasih pada Bupati Ciamis

Dan justru penyelamat dari kelesuan ekonomi tersebut adalah usaha kecil dan menengah (UKM), bukan ekonomi liberal-kapitalis.

Model ekonomi kerakyatan seperti waralaba WKM, Warteg, RM Nasi Kapau Padang dan UKM lainnya sejatinya menjadi soko guru dari perekonomian nasional. Inilah yang dimaksud ekonomi kerakyatan Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama sekaligus proklamator kemerdekaan Republk Indonesia.

Bung Hatta -demikian akrab disapa, menentang betul sistem kapitalis yang dilahirkan oleh sistem ekonomi liberal dari model demokrasi Barat. Hatta menawarkan sistem ekonomi kerakyatan Koperasi.

Koperasi adalah soko guru ekonomi kerakyatan.

WKM, Warteg, RM Nasi Padang dan UKM lainnya adalah bagian dari model nyata ekonomi kerakyatan. Sistem koperasi yang berfondasi pada system kekeluargaan dan kebersamaan sejatinya dimiliki oleh jaringan waralaba WKM, Warteg dan RM Nasi Kapau.

Bagaimana model prototype Ekonomi Pancasila yang berbasis pada ekonomi kerakyatan? “Hidup WKM, Hidup Warteg, Hidup RM Nasi Padang, Ayo belanja di warung dekat rumah’. (Kang Marbawi, 16.07.23)

 

0 Komentar