Hanya 511 Orang Didominasi Lansia
PURWAKARTA-Desa Anjun, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta selama ini dikenal sebagai sentra perajin tembikar atau gerabah keramik. Berkembangnya gerabah keramik di Desa Anjun sudah dimulai sejak puluhan tahun lalu. Ditandai dengan berdirinya gedung ikonik yang berlokasi di Jalan Raya Plered, tak jauh dari jembatan rel kereta api.
Bangunan menyerupai pabrik tersebut diresmikan Wakil Presiden RI pertama, Mochammad Hatta sekitar medio 1950an. Fungsinya sebagai sanggar belajar bagi perajin keramik. Sejak saat itu pula warga pun mulai tertarik membuat kerajinan tangan berbahan dasar tanah liat. Terus berlangsung secara turun-temurun sebagai mata pencaharian.
Di masa jayanya, gerabah keramik made in Desa Anjun ini bahkan sukses menembus pasar ekspor ke mancanegara. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman minat warga menggeluti gerabah kramik ini berangsur menurun.
Baca Juga:Siswa Baru Capai 622, SMK 45 Lembang Terbanyak Se-KBBPemdes Pangsor Bangun Posyandu, Bantu Tumbuh Kembang Balita
Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Sentra Kramik Plered, Kabupaten Purwakarta, jumlah perajin pada 2010 sebanyak 1.200 orang. Sepuluh tahun kemudian menurun menjadi 824 orang. Adapun pada 2023 ini tercatat menyisakan 511 perajin yang masih bertahan menekuni gerabah keramik. “Alasannya berbagi faktor, satu di antaranya adalah generasi muda memilih kerja di pabrik atau lainnya daripada terjun membuat gerabah keramik,” kata Kepala UPTD Sentra Keramik Plered Mumun Maemunah kepada wartawan, Senin (17/7).
Yang lebih memprihatinkan, sambungnya, ke-511 perajin gerabah keramik tersebut didominasi para lansia.
Mumun pun mengaku khawatir perajin gerabah kramik di Desa Anjun terancam lantaran dari tahun ke tahun angkanya berangsur menurun. Kalau pun ada kenaikan jumlah para perajin, ini terjadi apabila permintaan pasar sedang tinggi. Seperti pada masa pandemi Covid-19 di mana permintaan pasar lokal meningkat. “Ada peningkatan tapi sifatnya sementara,” ujar Mumun.
Mumun tidak bisa berbuat banyak atas keputusan perajin gerabah keramik yang lebih memilih bekerja di tempat lain, mengingat upah kerja membuat keramik cenderung rendah.
Selain itu, sejauh ini pihaknya juga tidak memiliki anggaran untuk melaksanakan pelatihan bagi kaum generasi muda. Yakni, sebagai upaya merangsang minat mereka terjun menggeluti kerajinan gerabah keramik. “Peran aktif pemerintah sangat diperlukan dalam hal mendorong minat warga terjun membuat keramik. Kalau soal pemasaran dari dulu juga kami bantu termasuk ekspor ke luar negeri,” ucap Mumun.