Pojokan 162, Kepada Entah Siapa

Pojokan 162, Kepada Entah Siapa (Kang Marbawi)
Pojokan 162, Kepada Entah Siapa (Kang Marbawi)
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES – Yang paling kutakutkan bukanlah Tuhan! Melainkan orang-orang yang berlebihan dalam memercayai-Nya.

Sehingga seolah-olah Tuhan “Yang serba Maha” itu, justru harus dibela mati-matian.

Atau marah atas nama Tuhan karena melihat saya atau orang lain, yang tak saleh dan masih berbuat maksiat. Apalagi berbeda paham dan keyakinan.

Baca Juga:Setiawan Wangsaatmaja Jadi Sekda Provinsi dengan Kepemimpinan Digital Terbaik4 Rekomendasi Villa di Lembang untuk 20 Orang Lengkap Harga dan Alamat

Sikap berlebihan ini, kadang melahirkan sikap vigilante kepada yang tidak sama.

Sikap keras dan penghakiman terhadap orang yang berbeda kepercayaan dan paham ini,

dilandasi merasa dirinya paling benar dalam tatacara memercayai dan memuliakan Tuhan.

Sebab bagi sesiapapun yang memuliakan Tuhan dengan segenap hati, menuntut kepatuhan total.

Yang tak patuh dianggap tak memuliakan dan tak saleh.

Bahkan dianggap penista agama, alih-alih penista Tuhan.

Seolah mereka adalah para penjaga Tuhan dan Agama.

Saya masuk dalam golongan memuliakan dan yakin sepenuh hati kepada Sang Khaliq.

Tapi tak selalu konsekuen dan kadang memunggungi Yang Maha Bathin.

Memunggungi-Nya dengan menikmati kesenangan duniawi, badani, hewani dan keserakahan.

Tuhan yang kuyakini, sifat pengasih dan ampunan-Nya, lebih besar dari murka-Nya.

Tuhanku tetap mengasihi dan mengampuniku, didasari atas permakluman terhadap ketaksalehanku, lahir bathin. Itu yang kuingin bayangkan dan yakini.

Baca Juga:Villa di Lembang untuk 30 Orang Lengkap Harga Terbaru dan AlamatArti Ghosting dalam Bahasa Gaul, Yakin Kamu Belum Pernah Dighosting?

Sehingga kemaksiatanku, kubasuh dengan tobat se-tobat-tobatnya dan berusahan tidak mengulanginya semaksimal mungkin.

Bergantung fluktuasi godaan, kesempatan serta kadar takutku pada Tuhanku.

Kadang, ketaksalehan ini menjadi kesepakatan rahasia dengan Tuhan. Menimbang, ketaksempurnaan diri, ketamakan nafsu dan obsesi menjadi “abid”, Tuhanku tak perlu di jaga.

Para arif menandaskan, yang perlu dijaga adalah sifat kemanusiaan kita yang bersumber dari sifat-sifat ketuhanan. Yang harus dijaga adalah nilai kemanusiaan dan keadilan untuk sesama makhluk.

Juga konstitusi negara yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Hubungan kita dengan Tuhan adalah urusan private, tak perlu di ekspos dalam uraian lambang dan simbol kesalehan.

0 Komentar