Politik dan Milenial Kita

Politik dan Milenial Kita
0 Komentar

Sebuah Catatan Menyambut Musda XI SOKSI Jawa Barat

Oleh: Najip Hendra SP

Jawa Barat adalah milenial. Begitulah kira-kira jika kita membaca hasil Sensus Penduduk (SP) 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini. Tidak berlebihan. Dari 48,27 juta jiwa warga Jawa Barat, lebih dari setengahnya merupakan generasi milenial. Wajah kependudukan Jawa Barat penting menjadi perhatian organisasi kemasyarakatan (Ormas), termasuk Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI).

Kembali ke struktur penduduk Jawa Barat, hasil SP 2020 merinci berdasarkan enam kategori generasi. Pre-boomer, lahir sebelum 1945 atau sekarang berusia di atas 75 tahun, sebanyak 1,59 persen. Baby boomer yang lahir antara 1946 sampai 1964 atau berusia 56-74 tahun sebanyak 10,90 persen. Generasi X yang lahir 1965-1980 atau berusia 40-55 tahun sebanyak 22 persen.

Kemudian, milenial yang lahir 1981-1996 atau berusia 24-39 tahun sebanyak 26,07 persen. Generasi Z dengan tahun lahir 1997-2012 atau berusia 8-23 tahun sebanyak 27,88 persen sebanyak 27,88 persen. Dan, generasi Post-Gen Z yang lahir setelah 2013 sebanyak 11,56 persen. Klasifikasi usia tersebut merujuk pada Analysis of Census Bureau Population Estimates yang dilakukan William H Frey (2020).

Baca Juga:KENAPA HARUS NYONTEK?Mendisiplinkan Berlalu Lintas Butuh Edukasi

Di antara enam klasifikasi tersebut, kita tampaknya sangat familiar dengan milenial. Lebih dari sekadar klasifikasi struktur umur, konsep milenial seperti mewakili sebuah generasi muda secara umum. Generasi muda adalah generasi milenial. Jika konsep ini kita gunakan, maka gabungan penduduk Jawa Barat yang lahir setelah 1980 alias generasi milenial mencapai 65,51 persen. Artinya, dua pertiga penduduk Jawa Barat adalah generasi milenial. Angka yang sangat bermakna secara ekonomi maupun politik.

Milenial dan Politik

Pertanyaan yang kemudian muncul, bagaimana kaum milenial melihat politik. Untuk memahami perilaku milenial Indonesia, menarik untuk mencermati hasil laporan survei yang dilakukan IDN Research Institute bertajuk Indonesia Millennial Report 2019. Survei ini meliputi delapan aspek perilaku milenial, salah satunya pandangan milenial terhadap politik.

Merujuk laporan tersebut, milennial bukan berarti tidak peduli dengan politik. Hanya saja, mereka cenderung tidak begitu tertarik mengikuti isu-isu terkait politik. Bagi mereka, berita politik di Indonesia cukup berat, rumit, dan membosankan. Milenial justru lebih senang dengan berita-berita ringan dan dekat dengan dirinya. Dilihat dari data survei, intensitas milenial mengikuti berita politik cukup rendah (23,4 persen).

0 Komentar