Seri belajar Filsafat Pancasila (6)

0 Komentar

“…..Jikalau memang kita rakyat Islam, marilah kita bekerja sehebat-hebatnya, agar supaya sebagian yang terbesar daripada kursi-kursi Badan Perwakilan rakyat yang kita adakan, diduduki oleh utusan-utusan Islam….Kalau misalnya orang Kristen ingin bahwa tiap-tiap letter di dalam peraturan-peraturan Negara Indonesia harus menurut Injil, bekerjalah mati-matian, agar supaya sebagaian besar daripada utusan-utusan yang masuk Badan Perwakilan Indonesia adalah orang Kristen. Itu adi, fair play!.”
Jelas disini Soekarno meletakkan dasar permusyawaratan dan perwakilan untuk memberikan kesempatan kepada semua golongan untuk terlibat aktif dalam Badan Perwakilan Indonesia yang akan dibentuk. Prinsip ini akan memberikan akses kepada semua golongan tanpa melihat minoritas-mayoritas dalam memperjuangkan kepentingannya melalui perwakilannya dalam Badan Perwakilan dengan prinsip musyawarah, mufakat.
Prinsip atau dasar yang ke empat adalah prinsip kesejahteraan. Prinisp atau dasar keempat ini menurut Soekarno adalah prinsip kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip kesejahteraan adalah prinsip yang menolak kapitalisme merajalela. Karena itu menurtnya perlu ada keadialnsosial.
Bukan sekedar politieke democratie yang tanpa keadilan sosial. Keadilan-sosiallah menurut Soekarno yang akan menjamin semua warga negara yang miskin mendapatkan persamaan dalam segala lapangan ekonomi.
“saya usulkan kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi Barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politiek economische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial!.” Dalam pidatonya Soekarno juga menyinggung ratu adil sebagai perwujudan keinginan rakyat untuk sejahtera.
Prinsip atau dasar kelima yang diusulkan oleh Soekarno adalah prinsip K e t u h a n a n. Prinisp ketuhanan yang dimaksudkan Soekarno dalam pidatonya adalah masing-masing orang Indonesia bertuhan sesuai dengan Tuhannya dan kepercayaannya sendiri. Menjalankan agama yang berkeadaban yaitu saling hormat menghormati satu sama lain. Soekarno menjelaskan ber-Tuhan secara kebudayaan yakni dengan tidak ada egoisme agama.
“Prinsip ke lima daripada Negara kita ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, ke-Tuhanan yang berbudi pekerti yang luhur, ke-Tuhanan yang hormat menghormati satu sama lain. Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara meyetujui bahwa Negara Indonesia Merdeka berasakan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.”

0 Komentar