Industri Tekstil Majalaya, Riwayatmu Kini

Industri Tekstil Majalaya, Riwayatmu Kini
0 Komentar

Keterpurukan yang dialami oleh IKM Tekstil Majalaya sejatinya juga menimpa UMKM di seluruh pelosok negeri. Kampanye yang digagas pemerintah agar masyarakat membeli produk dalam negeri tidak seiring dengan kebijakan impor yang semakin massif. Jika barang impor murah dan berkualitas sekuat apapun kampanye agar masyarakat mencintai produk dalam negeri yakin tidak akan efektif.

Penyelesaian lemahnya industri dalam negeri butuh keseriusan pemerintah untuk melindunginya. Ketertinggalan teknologi seharusnya menjadi perhatian pemerintah. Jangan sampai antara ucapan dengan kebijakan seringkali tidak sesuai. Perdagangan bebas yang menjadi agenda global lambat laun akan mematikan industri dalam negeri. Tidak terlalu lama menunggu sudah bisa dibuktikan saat ini. Sebagai seorang pemimpin semestinya memahami ada agenda jahat di balik perdagangan bebas. Negara kapitalis global membutuhkan pasar bagi pemasaran barang-barang hasil produksinya. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar menjadi objek sasaran yang menggiurkan. Tujuan perdagangan bebas bukan untuk memajukan perekonomian dunia, tapi untuk menyalurkan keserakahan mereka.

Di tengah kesulitan yang dialami industri tekstil, peran penguasa sangatlah besar. Keterlibatan negeri ini dalam pasar bebas dunia, menjadi penyebab dari menjamurnya produk asing di negeri ini. Penguasa nampak tak berdaya dalam membendung masuknya barang-barang luar negeri hingga mendominasi dan mematikan perindustrian dalam negeri. Persaingan harga pun mulai bermain dilengkapi kualitas barang yang lebih unggul. Masyarakat Indonesia yang  tengah berada dalam keterpurukan ekonomi dipastikan akan lebih memilih barang berkualitas bagus dengan harga murah.  Walaupun hal ini bisa mematikan bisnis kalangan menengah ke bawah.

Baca Juga:Perempuan dan TerorismeMampukah Bank Syariah Eksis, di Tengah Gempuran Kapitalis

Demikianlah, ketika dunia berpijak pada landasan sistem kapitalis, penguasa hanya berfungsi sebagai regulator, bukan sebagai penjamin kesejahteraan rakyat. Sistem ekonominya pun khas kapitalis, siapapun yang memiliki modal paling kuat maka ia akan mendominasi pasar.

Lain kapitalis maka lain juga dengan Islam. Hukum syariat mengatur manusia bukan hanya dalam beribadah, tetapi juga mengatur sistem ekonomi dan pemerintahan. Sistem ekonomi Islam harus mampu memberikan kesejahteraan dan rasa adil bagi seluruh rakyat, serta memberikan kesempatan seluas-luasnya pada setiap pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya dan berinovasi agar mampu bersaing di kancah dunia.

0 Komentar