Pendidikan yang Memerdekakan

Pendidikan yang Memerdekakan
0 Komentar

Pendidikan seharusnya menjadikan seorang manusia itu memiliki jiwa yang bebas, merdeka, tidak terikat oleh siapapun, bebas mengembangkan pikirannya, bebas dari rasa ketakutan, bebas dari penjajahan oleh siapa pun dan bangsa mana pun. Hal ini sejalan dengan konsep tauhid yang dimiliki seorang muslim. Ketika seorang muslim mengucapkan kalimat Syahadat maka kata pertama adalah kata La! yang merupakan kalimat penolakan, penafian, pengingkaran dari apapun, yang membelenggu jiwa, akal dan fisik manusia, kecuali hanya kepada Sang Pencipta.

Konsep tauhid ini memerdekakan manusia dari perbudakan, keterbelakangan, keterkungkungan, kebodohan, kezaliman, serta eksploitasi dari  manusia lain. Sehingga manusia bisa mengekspresikan dengan akal nya apa yang menjadi kehendak dan cita-cita nya.

Dengan kata lain pendidikan adalah pengejawantahan dari konsep tauhid, karena dengan pendidikan seharusnya manusia benar-benar menjadi makhluk yang menggunakan seluruh potensi yang dimiliki yaitu panca indera untuk menjadi manusia merdeka. Kemerdekaan yang dimiliki setiap manusia akan menjadikan bumi ini tempat yang benar-benar nyaman untuk ditinggali.

Baca Juga:Fenomena Mudik Idul Fitri dan Melonjaknya Kasus Penularan Covid-19Pandemi dan Belajar Sepanjang Hayat

Namun, dua tahun ini menjadi tahun yang berat dalam proses pembelajaran karena pandemi covid-19 yang tiba-tiba saja melanda hampir di seluruh wilayah Indonesia. Baik di kota dengan segala fasilitas dan akses internet yang memadai, hingga pelosok desa yang terletak di lereng pegunungan atau pun di tengah hutan belantara yang jika kita akan kesana harus melalui medan yang cukup berat. Covid-19 telah melanglangbuana tanpa batas waktu dan ruang, sehingga sampai ulang tahun yang pertama dan telah hampir mengalami masa lebaran yang kedua, belum ada tanda tanda reda bahkan di beberapa daerah masih ada peningkatan termasuk di beberapa negara seperti India, Turki, jepang dll.

Pandemi ini membuat kita semua, baik guru maupun siswa seolah terbelenggu. Pembelajaran Jarak Jauh yang dijalani lebih dari satu tahun membuat sebagian besar pelajar menjadi bosan, frustasi, bahkan depresi. Tingkat partisipasi belajar yang rendah, metode belajar daring yang membosankan, ekonomi keluarga yang semakin menurun membuat proses pembelajaran menjadi semakin sulit dan semua berharap segera kembali seperti semula.

0 Komentar