RAGAM – Di dalam hubungan antar manusia, terlebih lagi hubungan dengan pasangan, tentu saja ada bumbu-bumbu kehidupan semisal rasa penasaran ingin tahu atau kepo berlebih kepada pasangan masing-masing.
Terkadang, orang yang suka kepo sekarang ini dominan untuk memeriksa Hp pasangan dan melihat-lihat apa isi di dalamnya.
Rasa kepo kepada pasangan memang ada baiknya, tapi juga harus diingat ada buruknya.
Baca Juga:Hasil Survey, Inilah 6 Tokoh Populer di SubangHasil Riset Ruhimat Diinginkan 68,8 Persen Masayarakat Subang Kembali Jadi Bupati, Ini Alasannya
Iseng-iseng membuka dengan ponsel pasangan bisa menumbuhkan rasa saling percaya. Tapi hal ini lebih memiliki potensi menimbulkan konflik jika satu pihak mungkin mendapati isi smartphone pasangan tidak sesuai yang diinginkan.
Para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda soal penasaran atau kepo pada ponsel pasangan.
Ada ahli yang menilai baik, ada juha yang merasa tidak perlu dilakukan, mengingat walaupun sudah menjalin hubungan lama baik sebagai suami ataupun istri, “menggeledah” Hp pasangan sama dengan melanggar privasi.
Berdasar penelitian terbaru Coalition Against Stalkerware belum lama ini yang melaporkan bahwa saat ini, banyak orang semakin kepo atau ingin tahu isi Hp pasangan mereka.
Koalisi Melawan Stalkerware yang didirikan bersama oleh Kaspersky, perusahaan privasi digital ini melakukan survei global kepada lebih dari 21.000 partisipan di 21 negara tentang sikap pengguna terhadap privasi dan penguntitan digital dalam hubungan pribadi.
Stalkerware sendiri memungkinkan pelaku untuk memantau kehidupan pribadi orang lain secara digital melalui perangkat seluler tanpa persetujuan korban.
Didapati dari mayoritas responden (70 persen) menganggap bahwa memantau pasangannya tanpa persetujuan adalah hal yang tidak dapat diterima.
Baca Juga:Fitur WhatsApp Disetel Ulang, Status “Last Seen” DisembunyikanMeski Terlambat, Honor Guru Ngaji di Subang Akhirnya Cair
Tetapu, 30 persen sisanya beranggapan sebaliknya, jika itu dihadapkan dengan situasi tertentu.
Dari mereka yang membenarkan untuk alasan tertentu, hampir dua pertiga (64 persen) akan melakukannya apabila pasangan tidak setia.
Apabila itu terkait dengan keselamatan mereka (63 persen), atau ketika pasangan mereka terlibat dalam kegiatan kriminal (50 persen).
Dinilai dari sudut pandang geografis, terlihat bahwa anggapan yang membenarkan untuk memantau pasangan secara umum berasal dari responden di kawasan Asia-Pasifik (24 persen). Sedangkan di Eropa (10 persen) dan Amerika (8 persen) lebih sedikit orang yang menganggap hal ini bisa diterima.