Penuhi Syarat Kesehatan, Gado-Gado Makanan Tradisional yang Tak Lekang Dimakan Waktu

Penuhi Syarat Kesehatan, Gado-Gado Makanan Tradisional yang Tak Lekang Dimakan Waktu (Foto: SALMAN TOYIBI/JAWA POS)
Penuhi Syarat Kesehatan, Gado-Gado Makanan Tradisional yang Tak Lekang Dimakan Waktu (Foto: SALMAN TOYIBI/JAWA POS)
0 Komentar

Penuhi Syarat Kesehatan, Gado-Gado Makanan Tradisional yang Tak Lekang Dimakan Waktu

KULINER – Berbagai sayuran yang ditambah telur rebus disebut juga dengan gado-gado. Tanpa adanya telur, namanya pun berubah. Jogjakarta dan Jawa Tengah menyebut makanan itu adalah lotek.

Di tanah Sunda, namanya adalah karedok. Sayuran diganti taoge dinamai dengan ketoprak di Jakarta. Ditambah dengan daging sapi bagian mulut menjadi rujak cingur di Jawa Timur.

Baca Juga:Fitur Terbaru Instagram, Tampilan Konten di Laman FEEDBajak Laut Indonesia yang Terkenal, Masa Kerajaan Sriwijaya

Profesor bidang kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Alie Humaedi memaparkan, dalam taksonomi atau ilmu pengelompokan, gado-gado, lotek, ketoprak, karedok, dan sejenisnya masuk dalam satu kelompok.

Dengan penggunaan bumbu kacang atau sambal kacang yang menghiasi sejumlah sayuran.

”Uniknya, bertambah bahannya bisa mengubah namanya,” ujar Alie. Lalu, berbagai sayuran itu direbus hingga matang. Orang luar negeri menyebutnya salad. Namun, jangan salah. Sayuran salad serbamentah. ”Di Indonesia, semua matang direbus,” jelas Alie.

Penuhi Syarat Kesehatan, Gado-Gado Makanan Tradisional yang Tak Lekang Dimakan Waktu

Cara pengolahannya yang cukup ribet sebenarnya adalah bagian penting dari masyarakat Indonesia. Sebab, bisa jadi pengolahan tersebut adalah hasil trial and error masyarakat.

”Yang pasti, semua itu otentikasi Indonesia,” paparnya.

Bisa jadi, sayuran yang tidak matang itu dapat menimbulkan sakit. Direbus bisa jadi salah satu cara untuk melunturkan getah dalam sayuran.

”Makanan tradisional Indonesia ini penuh dengan syarat kesehatan atau memulihkan badan,” imbuh Alie.

Jika ditengok sejarah gado-gado dan sejenisnya itu, hampir tidak ditemukan awalnya. Tetapi, semua itu bisa jadi adalah tradisi lisan yang terus berkembang di masyarakat.

”Hadir bersamaan dengan realitas untuk bertahan hidup,” pungkas Alie. (Jni)

0 Komentar