SUBANG-Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Subang membentuk satgas untuk melakukan monitoring penjualan gas. Terlebih ada informasi gas melon Subang diduga diselundupkan ke Indramayu dengan cara bergerilya menggunakan motor dan mobil. Pasalnya, harga jual di Indramayu lebih mahal dari pada di Subang.
“Ada berita di media sosial bahwasannya gas melon asal Subang diperjual belikan di bukan wilayah Subang, melainkan di Kabupaten Indramayu tepatnya di perbatasan antara Subang – Indramayu,” ungkap Ketua Hiswana Migas DPC Subang Teddi Aditia Rachman kepada Pasundan Ekspres, Kamis (12/5).
Teddi mengatakan, satgas yang telah dibentuk tersebut untuk melakukan monitoring di dua kecamatan di Indramayu. Satgas nantinya akan memastikan apakah benar gas dari Subang dijual ke Indramayu.
Baca Juga:Urf-HanifCalon Investor Bioskop di Subang ‘Lenyap’, Padahal Sempat Datang ke Disparpora
Hasil monitoring yang dilakukan oleh tim satgas tersebut nantinya akan disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Subang dan Pertamina.
“Nanti setelah monitoring digelar, maka hasilnya akan kita sampaikan kepada pemerintah daerah Kabupaten Subang dan juga Pertamina,” bebernya.
Dia menyampaikan, praktik menjual gas ke daerah lain tentu akan mengurangi pasokan gas di Subang. Kebutuhan di Subang yakni 1,4 juta tabung gas melon. Gas itu diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu.
“Jika gas melon malah dijual ke luar daerah Kabupaten Subang, nantinya kuota yang ada pasti berkurang dan akan berdampak terhadap masyarakat tidak mampu di Subang,” jelasnya.
Sementara itu, Harga Eceran Tertinggi (HET) di Subang Rp16.000 per tabung, sedangkan untuk di Indramayu mencapai Rp19.000. Hal tersebut membuat para pengecer mengambil kesempatan, dengan menjual tabung gas di Subang ke warung perbatasan Indramayu. Seperti Sukra, Haurgeulis dan lainnya.
Salah satu pemilik pangkalan Elpiji di wilayah Sukra – Indramayu H Zaki mengatakan, akibat dari pengecer yang menjual tabung gas melon di wilayahnya stok elpiji 3 kilogram punyanya menumpuk dan tidak terjual.
“Mereka menggunakan motor atau mobil pick up, untuk menjual gas melon secara diam-diam untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga. Hal tersebut sudah terjadi sebulan kebelakang,” terangnya.
Baca Juga:Waspada Cuaca Ekstrem Hingga 15 MeiAntisipasi Longsor Subang Selatan, Ini yang Dilakukan BPBD Subang
Akibat masuknya gas melon dari Subang yang ditandai dengan capseal berwarna kuning kode Subang, penjualannya menurun. Pengecer warung lebih memilih gas melon dengan harga lebih murah. “Nah ini dampaknya ke siapa? Ya ke kita pangkalan – pangkalan,” ungkapnya.