SUBANG-Harga gabah di Kabupaten Subang mengalami penurunan, salah satu penyebabnya adalah iklim atau cuaca tidak menentu.
Harga gabah kering normalnya Rp5.500 per kilogram, sekarang hanya berkisar Rp 4.500 per kilogram.
Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat, H Otong Wiranta.
Baca Juga:Bupati Subang Menyerahkan Penghargaan untuk Faris, Peraih Juara 1 Pencak Silat Tingkat KabupatenPesan Menyentuh dari Ridwan Kamil dan Istri Terkait Hilangya Emmeril Khan
Menurutnya, selain faktor iklim harga gabah anjlok juga lantaran serangan hama.
“Serangan hama seperti pengerek batang atau sundep dan hama wereng menjadi penyebab anjloknya hasil panen di beberapa kecamatan di Subang,” jelasnya.
Kehadiran hama itu juga, dikatakan Otong erat kaitannya dengan cuaca, ditambah lagi banyak para petani yang belum bisa menyesuaikan diri saat tanam.
“Sehingga berakibat pada serangan hama, perubahan iklim tu juga memang sangat berpengaruh besar pada potensi hasil panen. Petani masih banyak yang belum bisa mengatur masa tanam, agar padi tidak terserang hama,” tambahnya.
Hal yang secepatnya harus dilakukan pemerintah yakni menginformasikan pada petani terkait harga, sehingga para petani paham.
“Harus menginformasikan sampai ke tingkat petani di bagian bawah supaya mereka mengerti tentang harga di lapangan, agar petani tak panik terkait harga gabah yang anjlok,” tambahnya.
Dia menyampaikan, kualitas padi yang dihasilkan pada panen sekarang sangat bagus. Namun harganya memang tidak sebanding dengan ongkos produksi.
Baca Juga:Alpukat Buah Beragam ManfaatSejarah dan Pesona Taman Cimanuk Indramayu
“Biasanya harga normal untuk gabah kering itu di Rp5.500 per kilogram, sekarang hanya berkisar di Rp 4.500 per kilogram saja sudah bagus,” katanya.
Melihat fenomena tersebut, KTNA Jabar, kata Otong, mengusulkan HPP yang jadi standar pembeli bisa ditingkatkan.
Dia berharap, pemerintah bisa berupaya untuk memperjuangkan nasib para petani yang banyak mengalami kerugian akibat hasil panennya anjlok.
“Kita berharap pemerintah bisa menaikan HPP, karena saat ini harga gabah tidak sesuai dengan biaya produksi yang sangat tinggi,” tukasnya. (idr/ysp)