PASUNDAN EKSPRES – Konflik bersenjata antara tentara militer dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RFS) di Sudan masih berlangsung hingga saat ini.
Meskipun upaya diplomatik telah dilakukan untuk mengakhiri konflik, namun kedua belah pihak terus saling menyerang.
Kematian Sipil Meningkat
Menurut Organisasi Sindikat Dokter Sudan, hingga Senin (01/05/2023), ada 436 warga sipil yang tewas dan 2.175 warga lainnya mengalami luka-luka akibat pertempuran ini.
Baca Juga:Lebih dari 800 ribu orang berhasil selamat dari konflik antar faksi militer di SudanPara Gerilyawan Gaza Tembakkan Roket ke Israel Usai Kematian Tokoh Jihad Islam
Jumlah korban meningkat dari waktu ke waktu karena konflik ini terus berlangsung.
Gangguan Layanan Kesehatan
Tidak hanya menimbulkan korban jiwa, konflik ini juga membuat layanan kesehatan menjadi terganggu.
Pelayanan medis yang seharusnya diberikan oleh para dokter dan tenaga medis menjadi terganggu karena terjadinya konflik ini.
Akibatnya, pasien yang membutuhkan perawatan medis seringkali tidak mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.
Negara-negara tetangga seperti Mesir, Eritrea, dan Ethiopia telah berpartisipasi dalam upaya damai ini. Namun, kesepakatan damai belum tercapai.
Konflik bersenjata antara tentara militer dengan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RFS) di Sudan menyebabkan banyak korban jiwa dan terganggunya layanan kesehatan.
Meskipun upaya diplomatik telah dilakukan, namun konflik ini masih terus berlangsung.
Baca Juga:Komisi VIII DPR RI Mengecam Keras Insiden Penembakan di Kantor MUIAKBP Achiruddin Hasibuan Jadi Tersangka karena Membiarkan Anaknya Menganiaya Mahasiswa
Diperlukan tindakan lebih lanjut untuk mengakhiri konflik ini dan memulihkan kondisi keamanan dan kesehatan masyarakat di Sudan.
Baca berita lengkap kami di PASUNDAN EKSPRES dan Google News.