Implementasi Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan dan Sekolah Seni Tubaba, Semi Ikra Negara: Kerja Kebudayaan Bisa Membangun Citra Sebuah Daerah

sekolah seni tubaba
Direktur Sekolah Seni Tubaba Semi Ikra Negara
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES – Indonesia memiliki undang-undang tentang kebudayaan nasional. Pada 27 April 2017, Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan disahkan Pemerintah sebagai acuan legal-formal pertama untuk mengelola kekayaan budaya di Indonesia.

Istilah “pemajuan kebudayaan” tidak muncul tiba-tiba. Istilah tersebut sudah digunakan para pendiri bangsa pada UUD 1945 dalam Pasal 32, yaitu “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”, untuk menegaskan bahwa kebudayaan merupakan pilar kehidupan bangsa.

Direktur Sekolah Seni Tubaba, Semi Ikra Negara mengungkapkan bagaimana dirinya selama 7 tahun mengimplementasikan undang-undang tersebut untuk mengembangkan sumber daya manusia di Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) melalui pendidikan kesenian.

Baca Juga:Kang Akur Kukuhkan Paskibraka Tingkat Kabupaten Subang tahun 2023Tekan Penyalahgunaan Narkoba, Kasat Narkoba Polres Subang Berikan Penyuluhan Bahaya Narkoba Kepada Ratusan Peserta Latdastar SMKN 2 Subang

Pertemuannya dengan Bupati Tubaba (2016), Umar Ahmad, menjadi awal berdirinya kelas-kelas seni di Tubaba yang dia inisiasi saat itu.

“Ada teater, tari, seni rupa, sastra, musik, sampai sekarang berjalan, sudah 7 tahun lebih. Para pesertanya dari mulai anak 5 tahun sampai 20 tahun. Bahkan ada juga guru-guru yang terlibat untuk memperbaiki kualitas mereka mengajar,” cerita Semi.

Menurut Semi, sumber daya manusia adalah satu-satunya sumber yang potensial untuk dikembangkan di Tubaba. Lantaran Kabupaten Tubaba, lanjut Semi, merupakan kabupaten tersisolasi yang ada di pedalaman Lampung.

“Dia tidak dilalui jalur Trans Sumatera, tidak punya gunung, tidak punya laut, tidak punya universitas, sama sekali tidak menarik,” jelasnya.

Dari pendidikan seni nya itu, Semi menyebut Tubaba hari ini menjadi Tubaba yang manusianya tumbuh, mampu berbicara, berpendapat melalui karyanya.Dampak lain, bagi Semi, Tubaba juga punya nilai yang positif di mata publik yang lebih luas.

“Karena muara dari Sekolah Seni Tubaba ini kan festival, bukan sekedar rame atau perayaan, sekalipun disebut perayaan kita menyebutnya ini perayaan kesadaran. Karena selain menampilkan karya seni, kita menawarkan satu wacana,” jelasnya lagi.

Di Festival terakhir (2023) wacana yang ditawarkan oleh Festival Sekolah Seni Tubaba tentang diri dan ruang. Alasannya lantaran Tubaba dalam beberapa tahun terakhir diceritakan Semi selalu membuat ruang publik baru, yang bisa diakses semua orang.

Baca Juga:Undur Diri Sebagai Wakil Bupati, Kang Akur : Mohon Doa Untuk Lanjutkan TugasPeresmian Alun-Alun Ajarwana Setu Jadi Kado Spesial Gubernur Jabar untuk Kabupaten Bekasi

“Kita juga sedang sungguh-sungguh menciptakan apa itu manusia Tubaba, identitas manusia Tubaba. Kan kita punya falsafah bekerja keras, konsisten dan ikhlas, juga setara dan melestarikan lingkungan. Yang terakhir ini diambil dari falsafah orang Baduy,” ungkap Semi.

0 Komentar