Namun ketika menikmati sajian horor itu, si kembar Phillppou seolah mendadak memukul punggung saya dengan kencang melalui adegan brutal. Bahkan tanpa ada aba-aba atau scoring ‘kode’ sama sekali!
Saya memaki sekaligus memuji bagaimana keusilan mereka berdua membuat Talk to Me terasa sebagai naik roller coaster yang rutenya tertutup kabut, Anda tak akan tahu kapan keretanya naik atau turun menukik dan memutar dengan cepat.
Kemasan naskah yang padat dan efisien itu juga sebagai bukti bahwa film sebenarnya tak perlu sampai harus berdurasi menit tiga digit untuk membawa emosi penonton ke dalam cerita.
Baca Juga:Jalan Sehat Perumda Tirta Rangga Subang untuk Peringati HUT RI dan Sosialisasi Pembayaran Digital Berlangsung MeriahKampung Bebas Narkoba di Ciater, Bentuk Partisipasi Kontribusi Warga Cegah Narkoba
Selain itu, saya juga angkat topi atas cara Danny Philippou juga Bill Hinzman menggambarkan karakter-karakter di dalam film ini, serta konflik dan kerumitan antar karakter di dalamnya sehingga rasanya tak ada “orang bener” di kisah ini.
Saya yakin, setiap karakter dalam film ini setidaknya menerima satu umpatan dari penonton karena peran mereka dalam kekacauan luar biasa dalam tragedi Talk to Me.
Hubungan rumit serta kelakuan para karakter film ini mampu membuat penonton meluncurkan umpatan kasar tanpa pikir dua kali.
Ini pula yang jadi jalan tol penonton hanyut dalam permainan emosi dari Danny Philippou dan Bill Hinzman.
Performa Sophie Wilde sebagai Mia juga jadi kunci penting naskah dari Danny dan Bill bisa mengubek-ubek emosi penonton.
Aksi –serigala berbulu domba tapi juga korban– perempuan 26 tahun itu benar-benar patut diperhitungkan.
Selain Wilde, saya juga memberikan salut kepada Joe Bird atas aktingnya yang mendebarkan sebagai Riley. Meski masih belia, Bird menampilkan akting yang total dalam Talk to Me.
Baca Juga:Didukung DLH Polri Tanam Pohon, Tanggulangi Polusi UdaraFinal Piala AFF U-23 2023, Timnas Indonesia vs Vietnam: Penentuan Tim Paling Sukses Sepanjang Sejarah
Kemudian tim rias, editing, dan sinematografi juga ingin saya berikan apresiasi. Mereka adalah orang-orang yang mampu mewujudkan imajinasi gila Danny dan Michael Philippou serta Bill Hinzman menjadi ‘nyata’.
Terlepas dari kengerian kisah dan gambaran dalam Talk to Me, kisah ini membuka mata saya setidaknya pada dua hal.
Pertama, sinema Australia membuktikan diri bisa menjadi oase atas narasi Hollywood yang mulai membosankan.