SUBANG-Pencegahan konflik sosial masyarakat terus digeber oleh lembaga adat Cimeong, Desa Cigadog Kecamatan Cisalak. Pada Rabu (13/12) lembaga adat ini menggelar seni budaya kuda kepang.
Menurut Ketua Lembaga Adat Cimeong, Jaenudin Abdul Gani, kegiatan tersebut untuk melestarikan kearifan lokal.
“Kegiatan pagelaran seni budaya ini, dimaksudkan untuk menguatkan kembali kearifan lokal yang ada di masyarakat,” ujar Jay, Kamis (14/12).
Selain menggelar seni budaya kuda kepang, menurut Jay, untuk melestarikan kearifan lokal, juga dilakukan penguatan ekonomi masyarakat. Jenis penganan yang diproduksi oleh masyarakat pun, menggali dari potensi yang ada.
Baca Juga:Polres Subang Fokus Pengamanan Daerah Wisata, Saat Libur Natal dan Tahun BaruGaktibplin di Polres Purwakarta, Pembenahan Disiplin di Internal Polri
“Penganan yang diproduksi salah satunya kicimpring, jenis penganan ini, bahannya sangat mudah didapat di masyarakat, karena berbahan singkong,” jelas Jay.
Menurut Jay, konflik sosial di masyarakat, salah satu penyebabnya, yakni persoalan ekonomi. Oleh karenanya, tambah Jay, penguatan ekonomi di masyarakat, sangat diperlukan untuk meminimalisir terjadinya konflik sosial.
“Karenanya, penguatan ekonomi masyarakat yang dilakukan, berbasis sumber daya alam yang ada di lingkungan masyarakat dan menjunjung tinggi kearifan lokal,” jelas Jay.
Kegiatan pencegahan konflik sosial masyarakat di Desa Cigadog Kecamatan Cisalak tersebut, menurut Jay, merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam, pada Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial di Kementerian Sosial Republik Indonesia.
“Perlu diketahui, lembaga adat Cimeong, ini sendiri sudah berdiri sejak 3 tahun yang lalu. Sementara bantuan yang diterima dari Kementerian Sosial ini merupakan salah satu bentuk penguatan ekonomi di masyarakat,” tambah Jay.
Dengan bantuan yang sudah diberikan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial, menurut Jay, kehidupan ekonomi masyarakat di Desa Cigadog, Kecamatan Cisalak, tidak terlalu terdampak oleh persoalan ekonomi di luar.
“Imbasnya memang ada, tapi tidak terlalu besar, terutama di lingkungan RW 02 yang menjadi basis program, karena penguatan ekonomi yang dilakukan berbasis kekayaan alam yang ada di lingkungan,” tegasnya.(adv/ysp)