PURWAKARTA-Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Purwakarta kembali menunjukkan keseriusannya dalam meningkatkan mutu dosen. Kali ini, STKIP Purwakarta menghadirkan Prof. Udin Syaefudin Sa’ud, M.Ed, Ph.D., sebagai narasumber pada kegiatan dengan tema “Tugas dan Peran Dosen dalam Peningkatan Layanan Akademik untuk Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Selasa (2/1).
Ketua STKIP Purwakarta Dr. H. Agus Muharam, M.Pd., mengatakan, kegiatan hari ini merupakan bagian dari program untuk meningkatkan mutu dosen supaya STKIP semakin berkualitas dengan baik. “Kami mengundang Prof Udin yang akan berbagi ilmu, pengetahuan dan pengalamannya sehingga dosen STKIP mendapatkan pengetahuan dan pendidikan yang lebih unggul,” kata Agus Muharam kepada wartawan di sela kegiatan.
Bertempat di Kampus STKIP Purwakarta, Jl. LL. RE. Martadinata No. 43, Nagri Tengah, Purwakarta, Prof. Udin menyampaikan beberapa materi kepada para dosen STKIP. “Pertama, tentang perkembangan kebijakan pendidikan tinggi yang berkaitan dengan lembaga pendidikan swasta. Di mana, penyelenggaraan pembelajaran kampus harus mengadopsi dan mengadaptasi era revolusi industri 4.0 dan keterampilan abad 21,” ujarnya.
Baca Juga:Pesta Kuliner Saat Perayaan Tahun Baru di Favehotel PamanukanLiburan Tahun Baru Ngopi di Pendopo Coffee
Termasuk dalam literasi akademik maupun digital serta segala macam yang terkait dengan kepentingan pengembangan diri. “Dosen juga harus kreatif dan kritis serta membangun kolaborasi atau kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan kemampuannya,” ucap Prof. Udin
Kedua, sambungnya, terkait dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang mau tidak mau, senang tidak senang harus dilakukan oleh semua perguruan tinggi. “MBKM hakikatnya adalah dorongan dari pemerintah kepada perguruan tinggi untuk mendukung agar mahasiswa belajar di luar kampus paling tidak dua semester atau minimum saty semester,” kata dia.
Adapun isi programnya adalah melaksanakan program keterampilan yang mendukung pada pengembangan keahlian mahasiswa. Sehingga, program-program itu harus dikaitkan dengan mitra. “Misalkan kalau jurusan PGSD harus dengan sekolah. Kemudian, program kewirausahaan misalnya, maka berkaitan dengan industri. Sehingga, keterampilan mahasiswa dapat berkembang,” ujarnya.
Prof. Udin mengungkapkan, selama ini dianalisis bahwa salah satu kekurangan mahasiswa adalah dukungan praktik. Tak melulu praktik di lab, melainkan di masyarakat. Karenanya dibutuhkan dukungan dari berbagai mitra.