Memaknai Survei Kecil untuk Keberlangsungan Program Studi (Bagian 2)

Memaknai Survei Kecil untuk Keberlangsungan Program Studi (Bagian 2)
0 Komentar

Oleh

1.Drs.Priyono,MSi (Dosen dan Wakil Dekan I Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

2.Agus Anggoro Sigit,SSi,MSC(Dosen Fakultas Geografi UMS dan penggagas serta pelaksana program 1.000 peta desa)

Ketika kita bicara siklus pertama dalam pembelajaran maka kita bicara sumber asal calon mahasiswa berarti asal sekolah mereka. Survai kecil yang terkait dengan input dengan mengajukan 4 pertanyaan mendasar yaitu sumber informasi,asal sekolah SMA dan non SMA, asal sekolah Muhammadiyah dan bukan  dan alasan menentukan pilihan dihasilkan informasi sbb 🙁 dari 250 mhs angkatan 2020/2021 yang merespon 70 persen).

Baca Juga:Tolak Impor Beras, Kebijakan Menyakitkan RakyatPetani Tekor Ditengah Kebijakan Impor

Kebanyakan dari mereka berasal dari SMA baik negeri maupun swasta, hampir 80 persen artinya mereka masih ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, berbeda dengan SMK atau sekolah kejuruan yang ingin segera kerja karena mungkin problem beaya. Jumlah SMA juga lebih banyak dibanding sekolah menengah selevel. Disamping itu daerah asal SMA masih didominasi Jawa Tengah khususnya eks karesidenan Surakarta meskipun asal mahsiswa geografi UMS berasal dari seluruh pulau di Indonesia akan tetapi yang dari luar Jawa memiliki persentase yang masih kecil. Temuan ini mengindikasikan bahwa managemen prodi harus memprioritaskan promosinya ke SMA dibanding sekolah yang lain karena mereka memiliki minat yang tinggi untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Marketing harus diperluas ke luar Jawa jika ingin distribusi keruangan merata, bahkan untuk menyambut akreditasi Internasional maka mahasiswa asing harus menjadi sasaran. Kerjasama harus dijalin untuk memperkenalkan program studi kepada mereka. Jalinan kerjasama ini akan mempengaruhi pilihan lulusan SMA ke program studi yang sering didengar. Jalinan kerjasama bisa dalam bentuk kunjungan ke prodi atau sebaliknya dimana didalam kunjungan tersebut harus bermakna akademik bukan seremonial , misalnya kalau di Fakultas Geografi ketika berkunjung ke sekolah bisa mengenalkan alat survai geografi, aplikasi penginderaan jauh dan system informasi geografis untuk pembelajaran geografi yang berbasis keruangan, atau bisa dalam bentuk kompetisi olimpiade geografi dengan presentasi kajian berbasis problem geografi dan guru pembimbingnya dijadwalkan mengikuti pelatihan , seminar, workshop drone, penulisan ilmiah dsb. Jadi kunjungan bisa diprogramkan dua arah, lecture goes to school dan the theacher and student go to Campus. Bisa keduanya kita ajak field work untuk mengenalkan kajian geografi ke lokasi pantai, gunung api atau topografi karst dengan menunjukkanpotensi sumberdaya alam dan manusianya. Keduanya akan memperoleh manfaat riil karena melihat realitas di lapangan atau problem di lapangan.

0 Komentar