Dalam wawancara dengan Pasundan Ekspres, Taripin mendapat ilmu bertani bawang turun dari ayahnya yang lebih dulu aktif bertani bawang di Patrol, Indramayu. Kini ia juga mengurus lahan tersebut bersama bapaknya.
YOGI MIFTAHUL FAHMI, Compreng
“Dari kecil sudah diajarin, sejak SMP sampai SMK oleh bapak,” katanya.
Saat ini, di Desa Sukatani, ia sendiri menggarap lahan untuk bawang sebanyak 3.500 meter yang terbagi menjadi dua bidang lahan dari total lahan yang digarap kurang lebih mencapai 3 bahu atau hampir 2 hektare.
Baca Juga:Rasa Cinta Kepada AllahSoal Venue Porprov 2022, Kadispapora: Lagi Dibahas
Selain bawang, ternyata Taripin juga mengembangkan pertanian dengan sistem tumpang sari. Pada lahan tersebut ditanami padi, jagung, burkol hingga tanaman cabe.
“Hasilnya pun Alhamdulillah juga bagus ya, lumayan,” katanya.
Meski, sudah pernah bekerja di luar negeri, justru Taripin lebih termotivasi untuk terjun ke dunia pertanian. Ia menyebut faktor orang tua menjadi salah satu yang tak terpisahkan. Selain itu, ia juga menyukai dunia pertanian dan hal-hal seputar tanam dan menanam tumbuhan pertanian.
“Ya bapak juga petani ya, terus juga saya suka itu bertanam, berkebun. Melanjutkan pertanian dan ilmu juga dari bapak,” terangnya di lokasi lahan bawang tersebut.
Ipin, begitu disapa mengatakan, motivasinya terjun ke dalam bidang pertanian khususnya bawang karena melihat potensi yang ada. Selain sudah mengenal budidaya dan pertanian bawang, kondisi tanah di Desa Sukatani dirasanya juga cocok dan tak ada masalah.
“Bisa dilihat, tanah di sini ya terbilang bagus. Hitam gitu kan, jadi kalau buat ditanami bawang Insya Allah bagus dan memang sudah berjalan,” ucapnya.
Dalam setahun, Ipin menyebut bertanam bawang merah bisa dilakukan hingga 5 kali tanam dan 5 kali panen. “Kalau misalnya secara terus-terusan menanam. Itu bisa sampai 5 kali tanam. Umur bawangnya itu berkisar 50-60 hari atau dua bulan itu sudah siap panen,” jelas Ipin.
Dalam setiap kali produksi hasil panen yang ia garap, dari total setengah bahu tersebut bisa mencapai 4 ton atau potensi dalam 1 hektare mencapai 11-12 ton.
Baca Juga:Dakwaan Aminudin Dinilai Ganjil, Dede Sunarya: Mantan Pimpinan DPRD Jadi SaksiASN Masih Berani Mudik? Laporkan Disini
Dari hasil panen sendiri, Taripin menjual langsung hasil panen ke Pasar Induk di Jakarta karena telah memiliki jejaring di pasar tersebut. Dari hasil panen yang ia jual rata-rata ia bisa menjual Rp 15.000-20.000/kg.