Mendahulukan Puasa Qadha
Berikut Niat Puasa Qadha
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Dalam hati: “Aku/Sahajaku/Sengajaku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari (Wajib) karena Allah SWT.”
*Jika ketinggalan puasa ramadhan, tentu berbeda-beda ya qadha, ada yang qadha denga fidyah, tanpa fiyah, dan lainnya, hal ini juga perlu diperhatikan
Baca Juga:10 Daftar Perlengkapan Ibu Menyusui Yang Sebaiknya AdaKebijakan Pasar Bebas yang Menyengsarakan
Jika kita mempunyai Qadha puasa di tahun sebelumnya, maka kita wajib meng-qadha puasa wajib yang ketinggalan, walaupun berada di bulan syawal, tetapi in sha Allah tetap mendapatkan faedah dan manfaat puasa
Menurut yang penulis ketahui tentang puasa sunah, jika seseorang masih mempunyai “qadha” puasa wajib (puasa ramadhan) di tahun sebelumnya yang belum dikerjakan, maka alangkah baiknya jika dia mendahulukan qadha” puasa wajib, perihal ibadahnya tetap mendapatkan nilai ibadah puasa syaban jika dia berpuasa di bulan syaban, jika dia berpuasa di bulan biasa misal di hari senin saat meng-qhada puasa, maka juga dia termasuk menjalankan puasa sunah senin tersebut. Wallahua’lam
Tentang Niat
Bacaan Do’a puasa (lafadz) berbahasa Arab Sunah diucapkan di mulut, dan Niat puasa Ramadhan wajib dilakukan, dan Niat itu diucapkan di dalam hati, bukan dimulut, jika dimulut adalah Lafadz niat.
Ulama Mazhab Syafi’i sangat berhati-hati ketika merumuskan suatu hukum syari’at.
Diterangkan dalam Kitab Kifayatul Akhyar, karya Syekh Taqiyyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al Hisni:
ولا يصح الصوم إلا بالنية للخبر. ومحلها القلب, ولايشترط النطق بها بلا خلاف, وتجب النية لكل ليلة لان كل يوم عبادة مستقلة , ألا ترى أنه لا يفسد بقية الأيام بفساد يوم منه. فلو نوى الشهر كله, صح له اليوم الأول على المذهب.
Yang Artinya: “Puasa tidak sah tanpa niat. Keharusan niat didasarkan pada hadits. Tempat niat itu di hati. Karenanya, niat tidak disyaratkan secara lisan. Ketentuan ini disepakati bulat ulama tanpa perbedaan pendapat.
Argumen dari kalangan madzhab Syafi’i atas kewajiban membaca niat puasa wajib di malam hari, diperinci oleh Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna’-nya, yaitu:
ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر
Baca Juga:Anggota KKB Papua Tinggal 150 OrangKebijakan Penguasa Merugikan Rakyat
Artinya, “Disyaratkan memasang niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadits Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits,” (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, [Beirut, Darul Fikr: 2007 M/1428 H], juz II). Wallahu a’lam.