Runtah di Antara Dedi-Jimat

Runtah di Antara Dedi-Jimat
0 Komentar

Itu pun tidak menyebutkan lokasi di mana sampah itu menumpuk. Hanya ada di media massa ia menjelaskan mengapa akhirnya berinisiatif mengangkut sampah di TPS itu.

“Saya mau makan bakso virgo langganan di sini. Ko banyak sampah dan lalat. Akhirnya ya sudah diangkat, mengajak warga di kampung,” kata Kang Dedi kepada media alasan dirinya mengangkut sampah.

Kang Dedi pun menegaskan, tindakannya sebagai bentuk kepedulian kepada kampung halamannya. Tanpa ada perkataan mengkritik Pemkab Subang.

Baca Juga:Jajang Ruhiyat: Kuatkan Kurikulum Pendidikan Pancasila Mulai dari Usia DiniSinyal Kuat PKS Dukung Ambu Anne, Kang Akur: Selama Itu Baik Ya Ayo!

Saya berkesimpulan, Kang Dedi tidak bermaksud ‘menampar’ wajah kinerja Pemkab Subang. Ia sama sekali tidak mengkritik pemerintah atau Bupati Ruhimat. Memang begitulah Kang Dedi, sudah bawaan ‘dari sananya’.

Lihat saja Purwakarta saat dia pimpin. Sebuah proyek, selesai saja tidak cukup. Harus indah, harus nyeni. Itulah jiwanya. Pohon saja diselimuti kain belang-belang. Biar indah, seperti di Bali. Apalagi melihat tumpukan sampah. Batinnya tersiksa.

Kang Dedi pun berusaha agar hal itu tidak jadi isu politik, buktinya: ia tidak mengkritik, tidak mengajak anak buahnya di Partai Golkar mengangkut sampah, tidak menyebutkan dirinya sebagai anggota DPR RI, tidak memakai bahasa politik. Bertutur dengan bahasa pada umumnya seseorang yang peduli.

Tapi sudah terlanjur ditafsirkan ke mana-mana oleh netizen dan para aktivis media sosial. Tapi bisa juga begitu cara halus Kang Dedi mengkritik: dengan memberi contoh. Lagipula, masyarakat memang ingin cepat. Taktis.

Sebagai mantan kepala daerah tentu dia tahu apa yang ada dalam pikiran Bupati Ruhimat. Kompleksitas birokrasi dan aturan yang kadang membuat segala keputusan menjadi lambat. Apalagi menyangkut anggaran. Harus hati-hati.

Kang Jimat juga sadar, jika TPA dipindahkan ke Jalupang Cipendeuy banyak akibatnya. Jarak jadi jauh, armada terbatas. Maka penumpukan sampah tidak terhindari. Padahal, saat dibuang di TPA di Panembong saja, setiap tahun ada 60.672 m3 sampah yang tidak bisa terangkut. Berceceran di mana saja. Sampah sebanyak itu perlu diangkut sebanyak 80.672 rit.

Kemampuan armada mengangkut sampah setiap tahun hanya 5.664 rit yang mampu mengangkut 34.416 kubik. Mengapa tidak terangkut semua? Anggarannya terbatas. Alias dibagi-bagi. Kendaraannya pun terbatas, hanya 29 unit truk yang beroperasi. Sudah mengajukan 30 truk lagi.

0 Komentar