Runtah di Antara Dedi-Jimat

Runtah di Antara Dedi-Jimat
0 Komentar

Sebanyak itu pun memerlukan anggaran Rp8,8 miliar. Artinya butuh anggaran hampir Rp17 miliar jika ingin semua sampah terangkut dalam setahun.

Itu hitungan ke TPA Panembong, lain cerita untuk biaya angkut ke TPA Jalupang, Cipendeuy. Bisa dua kali lipat, sekitar Rp34 miliar. Sedangkan pendapatan dari retribusi sampah hanya Rp2 miliar/tahun.

Selalu ada risiko. Ruhimat mengambil risiko itu: memindahkan TPA ke Jalupang. Yang jaraknya sekitar 20 Km. Waktu tempuhnya bisa lebih dari 1 jam. Sebenarnya jika mengacu ke kajian, TPA Panembong masih bisa digunakan hingga 2024. Itu berdasarkan kajian dari Kementerian Lingkunghan Hidup.

Baca Juga:Jajang Ruhiyat: Kuatkan Kurikulum Pendidikan Pancasila Mulai dari Usia DiniSinyal Kuat PKS Dukung Ambu Anne, Kang Akur: Selama Itu Baik Ya Ayo!

Tapi belakangan desakan pemindahan TPA terus gencar. Terutama dari para aktivis lingkungan. Sudah pula terjadi longsoran sampah. Tumpah ke sungai Cipanggilingan. Terbawa ke persawahan warga. Kejadian itu pun heboh. Seperti hebohnya Kang Dedi ke TPS Pujasera.

Akhirnya Ruhimat merayu warga, untuk membolehkan armada sampah lewat ke Jalupang. Sampah dibuang ke Jalupang. Didirikan TPA baru di Jalupang. Setelah mengantongi izin dari PTPN sebagai pemilik lahan.

Warga Jalupang sempat menolak. Pasang spanduk di mana-mana. Tapi akhirnya luluh. Warga Jalupang berfikir untuk kemajuan Subang. Bahkan ada yang berusaha mengais rezeki dai TPA baru itu. Memilah sampah dan berjualan.

Tahun ini jalan ke TPA Panembong akan diperbaiki. Anggaran sudah disediakan. Juga anggaran tambahan untuk mengangkut sampah sudah disediakan Rp3 miliar. Sudah dihitung pula anggaran untuk pembelian insenerator, alat penghancur sampah Rp35 miliar.

Begitu penjelasan Kepala BP4D Hari Rubianto saat saya undang ke redaksi. Sebab Ruhimat lebih memilih langsung ke lapangan, daripada konferensi pers. Bekerja tanpa iringan media. Mencari solusi permanen.

Memang benar, Kang Jimat juga marah, kesal kepada anak buahnya di Dinas Lingkungan Hidup. Lambat dan tidak membuat inisiatif. Padahal bisa saja meniru inisiatif BPBD saat mengangkut sampah di lokasi banjir Pamanukan. Mengerahkan armada angkut sampah dari swasta.

Begitulah sampah—runtah—membuat cerita di jagat maya. Antara Dedi dan Ruhimat.

Baca Juga:Jatman Hidupkan Nilai-nilai AswajaPasar Dombret Siapkan Kebutuhan Hewan Ternak

Bagaiamana hari ini? Tadi pagi saya ke pasar membeli pisang ambon lumut. Sambil lihat sampah di TPS Pujasera. Sudah menumpuk lagi. Meluber lagi. Demikian juga di TPS liar Pintuuyuh Jalan Arif Rahman Hakim. Menumpuk.

0 Komentar