Pembelajaran Jarak Jauh di SMPN 2 Sukasari Terkendala Jaringan Internet

Pembelajaran Jarak Jauh di SMPN 2 Sukasari Terkendala Jaringan Internet
ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES KELOMPOK BELAJAR: Proses pembelajaran sistem kelompok ala SMPN 2 Sukasari yang hingga kini masih terkendala sinyal.
0 Komentar

PURWAKARTA-Sudah setahun lebih pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia. Tak hanya berimbas pada kesehatan dan bidang ekonomi, namun pandemi Covid-19 juga sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan.

Pembelajaran tatap muka pun berganti dengan cara daring. Otomatis, keandalan jaringan internet pun menjadi vital demi kelancaran pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Sayangnya, belum semua wilayah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Purwakarta, terjangkau jaringan internet dengan kecepatan stabil. Satu di antaranya di Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.

Baca Juga:Setelah Banjir Landa Pamanukan, Ternyata Masih Sebatas Penanganan DaruratKemensos Bagi-bagi BST di Parigimulya, 657 KK dapat Rp300 Ribu

Hal ini seperti yang diungkapkan Kepala SMP 2 Sukasari Heri Kusnandar kepada Pasundan Ekspres. “Sistem pembelajaran di SMPN 2 Sukasari sebenarnya sudah dilakukan secara online atau daring. Namun, hanya sebagian siswa saja yang bisa mengikutinya,” kata Heri, Rabu (28/7).

Dijelaskannya, proses pembelajaran yang dilakukan secara daring tidak bisa berjalan dengan maksimal. “Karena masih terkendala sinyal atau jaringan internet yang kurang stabil, timbul tenggelam, atau bahkan tak ada jaringan sama sekali,” ucap Heri.

Tak hanya itu, lanjutnya, kendala lain yang dihadapi oleh guru dan murid bukan hanya keterbatasan sinyal, melainkan juga persoalan ketersediaan gawai. “Tak sedikit siswa yang tak memiliki gawai. Kalau pun ada maka terkendala kuota. Belum lagi itu tadi, sinyal internet yang terbatas” kata Heri.

Untuk menyiasati kendala tersebut, pihaknya pun melakukan berbagai upaya. Di antaranya meminta para guru berkeliling ke rumah siswa atau mengumpulkan siswa di zona yang sudah ditentukan. “Bagi siswa yang terkendala sinyal dan kuota mereka berkumpul di zona yang sudah ditentukan. Misalnya, di rumah guru, di balai rumah kepala desa, atau pun di saung sawah. Pihak sekolah juga sesekali membantu membelikan kuota bagi siswa kurang mampu,” ucapnya.

Sementara, sambung dia, bagi murid yang tidak memiliki gawai untuk digunakan pada proses belajar mengajar, maka akan difasilitasi oleh pihak sekolah. Yakni, dengan dipinjamkan tablet, hape, atau laptop.

Diakuinya, semenjak adanya pandemi Covid-19, lanjut dia, KBM dilakukan dengan mengumpulkan beberapa siswa di beberapa titik lokasi. Di mana tiap kelompok terdiri dari lima sampai 10 siswa dengan jadwal pembelajaran dua kali dalam sepekan. “Untuk zonanya, dibagi sesuai jarak terdekat dengan tempat tinggal murid. Di antaranya di zona nagrak 1, titiknya di rumah salah satu staf tata usaha. Kemudian zona cilipa 1, dengan titik di rumah salah satu guru,” kata Heri.

0 Komentar