Akibat Tidak Ada SAB, Warga Cicalengka Terancam Kekeringan

Akibat Tidak Ada SAB, Warga Cicalengka Terancam Kekeringan
MUSIM KEMARAU: Kekeringan kerap terjadi di setiap musim kemarau di wilayah Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung.
0 Komentar

KABUPATEN BANDUNG – Musim kemarau mulai dialami masyarakat, meski beberapa wilayah masih terkadang diguyur hujan, namun cuaca panas telah mendominasi pada pertengahan 2022.

Menghadapi musim kemarau tahun ini, warga di RW10, Desa Cicalengka Kulon, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, terancam kekeringan.

Sekretaris Desa (Sekdes) Cicalengka Kulon, Yusi Nursandi mengatakan, wilayahnya itu memang kerap dihantui kekeringan setiap musim kemarau.

Baca Juga:Naik Angkot Ngetem hingga Diturunkan di Tengah JalanPemkot Segera Fungsikan Kembali WiFi di 13 Titik, Akhir September Mendatang

“Dari dulu sampai sekarang RW10 selalu terancam kekeringan, karena tidak ada SAB (Sarana Air Bersih), tanahnya kering,” kata Yusi di ruang kerjanya, Selasa (30/8).

Dia mengaku, sebelumnya tak hanya RW10 saja yang rawan kekeringan, tapi warga di RW06, 07 dan RW08 turut terancam sulit sarana air setiap musim kemarau.

“Kalau untuk di RW06, 07 dan RW08 sekarang alhamdulillah sudah ada SAB dan manfaatnya terasa oleh warga,” ujarnya.

Menurut Yusi, kendala dalam pengadaan SAB di wilayah RW10 karena faktor keterbatasan tanah hibah.

“Belum ada yang mau menghibahkan tanahnya untuk dibuat SAB, selain itu pengeborannya juga bakal dalem sekitar 80 meter baru keluar air,” ucapnya.

Yusi menerangkan, RW10 itu terdiri dari 3 RT dengan jumlah warga sebanyak 167 Kepala Keluarga (KK).

Disamping keterbatasan tanah hibah, diakui Yusi, wilayah RW10 sebagian besar lahannya milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau akrab disebut PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api).

Baca Juga:Pemerintah Desa Pagaden Barat Masih Salurkan Bantuan Covid-19Narapidana Hasilkan Uang dari Ternak Ikan Patin

Sementara itu, Yusi menjelaskan, untuk menutupi kebutuhan warga terhadap air bersih, langkah bijaknya dengan memanggil mobil tanki air.

“Namun karena warga selalu disosialisasikan terkait SAB dan belum ada yang bersedia menghibahkan tanah, jadi mereka sudah membuat sumur sendiri,” imbuhnya.

Walaupun selama ini warga tak ada yang mengeluhkan kesulitan air bersih setiap musim kemarau, Yusi berharap agar masyarakat selalu bersiap dan melaporkan kesulitan kepada pemerintahan desa.

“Untuk sekarang alhamdulillah masih aman, walaupun yang paling rawan kekeringan di RW10,” paparnya.

“RT03 di RW10 juga itu kemungkinan bisa dipindahkan jika lahan tanahnya mulai digunakan PJKA,” pungkasnya.(je/sep)

0 Komentar