Defisit Kopi APBD

Defisit Kopi APBD
Diskusi membahas defisit APBD dalam bayangan interpelasi DPRD.
0 Komentar

“Kita, Golkar sudah berkirim surat, minta penjelasan, belum ada jawaban. Kami berharap ada komunikasi yang baik. Adakan dong kopi morning,” tambah Elita.

Dalam diskusi itu, Kepala BKAD Asep Saeful juga sudah menjelaskan alasannya mengapa tidak dilakukan usulan APBD Perubahan. Mengacu kepada dasar regulasi maupun empiris.

TAPD berkesimpulan: tidak mengajukan APBD Perubahan karena prognosis pendapatan daerah berat mencapai target. Besar pasak daripada tiang. Juga menjaga angka defisit di bawah ambang batas normal.

Baca Juga:Gadis KretekFormula Anas Banyuwangi

Sebenarnya, ada hal lain yang tidak diungkapkan: jika diusulkan APBD Perubahan maka negosiasi penambahan anggaran dan tukar menukar anggaran akan semakin gaduh. Setiap dinas tidak mau usulannya dicoret. Setiap anggota DPRD tidak mau anggaran aspirasinya dikurangi.

Risiko besar itu terbayang. Sedangkan PAD sudah dipastikan sulit dicapai. Sudah terbayang juga akan gagal bayar. Pekerjaan ada yang sudah dikerjakan, tidak terbayar. Jika sudah begitu rawan temuan auditor dan sulit mendapat predikat WTP. Rentetan dampaknya panjang.

“Cara mencegah tidak gagal bayar ya dengan menaikan PAD,” kata H Syawal, tenaga ahli DPRD mantan Kepala BKAD.

Diskusi masih banyak yang malu-malu. Adu argument belum terbiasa. Sebenarnya pihak eksekutif memendam info berikut:

“Sebenarnya di daerah lain banyak yang ingin seperti Subang. Tidak mengajukan APBD perubahan karena berat. Bukan Subang saja yang tidak ada APBD Perubahan. Tapi banyak yang tidak berani resiko politiknya,” bisik seorang pejabat. Seminggu sebelum acara diskusi. Saya minta menyampaikannya saat diskusi. Tapi tidak disampaikan.

Saya menyimak diskusi itu. Dua-duanya, punya pondasi argument yang cukup kuat. Hingga catatan ini dibuat potensi interpelasi dan tidak, masih seimbang. Kita lihat minggu depan. Apakah akan ada paripurna usul interpelasi.

Karena kurang ngopi itulah, ada suudzon. Kata Elita. Padahal belum tentu dipandang ada niat negatif. Menurut saya, sebaiknya digelar ngopi bareng. APBD dibahas dengan seruputan secangkir kopi atau teh. Tidak perlu di ruang yang ada palu sidang.

Baca Juga:Pembangunan Lapang Bintang Dilanjutkan, Ini Penampakannya Dilengkapi Menara PandangKebijakan Tidak Ada APBD Perubahan Sudah Dibahas dengan Pimpinan DPRD

Asep Rochman Dimyati yang popular dipanggil ARD juga minta segera ada ngopi APBD bareng. Ia berpesan tidak boleh ada yang saling menjatuhkan. Ia pun memberi kritik pada perencanaan pendapatan. “Rencana pendapatan dari pajak sarang burung walet Rp10 miliar. Ini aneh. Di mana sarangnya? Gak rasional. Waletnya aja gak ada. Pantes aja defisit, perencanaannya bagaimana bisa begitu,” katanya diikuti tepuk tangan peserta.

0 Komentar