Mengurai Polemik Kriminalisasi Dinar-Dirham

Mengurai Polemik Kriminalisasi Dinar-Dirham
0 Komentar

Seperti kita lihat selama belakangan ini nilai tukar rupiah melemah 0,42% ke level Rp 15.640 per dolar AS pada perdagangan pasar spot pertengahan April tahun lalu. Analis mengatakan, rupiah melemah seiring kekhawatiran pasar terhadap dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 yang meningkat. Dari sudut yang lebih luas, mayoritas mata uang Asia pun melemah terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg (19/4/2020), yen Jepang turun 0,32%, dolar Singapura 0,29%, dolar Taiwan 0,14%, won Korea Selatan 0,93%, peso Filipina 0,3%, rupee India 0,56%, yuan Tiongkok 0,12%, dan ringgit Malaysia 0,84%.

Hal ini telah membuktikan bahwa mata uang kertas rentan mengalami inflasi, devaluasi, resesi bahkan depresi ekonomi. Maka, tidak aneh jika Billy Bambrough, jurnalis Forbes yang merilis artikel “The Corona Virus Crisis Has Changed Money Forever” merasa ada yang salah dari cara uang yang digunakan orang-orang saat ini dan ia semakin sadar ketika krisis Covid-19 melanda.

Standar Mata Uang Dinar-Dirham

 Dinar-Dirham (Emas-Perak) adalah mata uang yang digunakan pada pemerintah Islam dalam transaksi jual beli berdasarkan dalil-dalil syariah. Meskipun begitu, bukan berarti dinar-dirham tidak relevan digunakan sebagai alat transaksi jual beli pada era sekarang.

Baca Juga:Banjir, Jangan Salahkan AdministrasiNestapa Penanganan Pandemi yang Tak Kunjung Usai

Kenapa harus menggunakan dinar-dirham? Syekh Abdul Qadim Zallum menuturkan sedikitnya ada 6 keunggulan jika menggunakan standar mata uang dinar-dirham:

  1. Emas dan perak adalah komoditas. Sama seperti unta, kambing, besi dan tembaga.
  1. Sistem emas perak akan menjaga kestabilan moneter. Kestabilan ini dapat meningkatkan volume perdagangan internasional dan mengurangi hambatan-hambatan dalam perdagangan.
  1. Keseimbangan emas dan perak menciptakan keseimbangan neraca pembayaran antar negara untuk mengoreksi ketekoran tanpa intervensi Bank Central.
  1. Sistem emas dan perak memiliki keunggulan yang sangat prima yaitu berapa pun kuantitasnya dalam suatu negara (entah banyak/sedikit) dapat mencukupi kebutuhan pasar dan pertukaran mata uang.
  1. Sistem emas dan perak memiliki kurs yang stabil antar negara.
  1. Sistem emas dan perak memelihara kekayaan emas dan perak di setiap negara. Jadi, emas dan perak tidak akan lari dari satu negara ke negara lain.

Kriminalisasi Dinar-Dirham: Phobia Terhadap Syariat Islam

0 Komentar