Banjir, Jangan Salahkan Administrasi

Banjir, Jangan Salahkan Administrasi
0 Komentar

Negara pun harus memisahkan atau memetakan daerah yang rawan banjir. Dengan melarang membangun perumahan di pinggir sungai. Kemudian negara wajib memberikan himbauan kepada masyarakat untuk menanamkan sikap kedisiplinan untuk tidak membuang sampah, kotoran dan limbah pabrik ke dalam sungai. Begitupun diusahakan untuk melakukan reboisasi (penghijauan kembali) dengan menebang pilih pohon.

Namun, paradigma kapitalisme tidaklah demikian. Mereka menganggap hutan dan sumber alam lainnya adalah sebuah komoditas. Yang bebas dimiliki oleh siapa saja. Maka lihatlah pelanggaran yang dilakukan oleh oknum tertentu pun dilindungi. Mengapa?

Sistem ini menghalalkan segala cara. Di mana ada keuntungan, maka dibuatlah sebuah kebijakan yang menguntungkan bagi mereka. Sebaliknya rakyat semakin menderita, sengsara. Lihatlah para pengungsi korban banjir. Mereka berebutan makanan, minuman. Mereka juga membutuhkan pakaian, tempat tinggal, dan pelayanan kesehatan. Namun apa yang terjadi? Hanya bantuan simbolis saja yang diserahkan. Sungguh pemandangan yang menyedihkan. Maka jelas “yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.”

Baca Juga:Nestapa Penanganan Pandemi yang Tak Kunjung UsaiAntara Anti Dinar Dirham dan Anti Islam

Itulah buah diterapkannya sistem rusak kapitalisme-sekuler yang tidak mengindahkan keselamatan rakyatnya, namun mengedepankan materi semata. Kebijakan yang dibuatnya pun jauh dari aturan agama. Dengan slogannya agama hanya mengatur urusan pribadi dengan Tuhan. Sedangkan dalam urusan publik janganlah membawa agama. Cukup aturan yang lahir dari pemikiran manusia saja yang digunakan. Padahal aturan itu jelas bersifat lemah dan terbatas.

Maka hanya keserakahan dan kerakusan saja yang terjadi saat ini. Alih-alih memperhatikan keselamatan rakyat. Mereka lebih menekankan pada pembangunan infrastruktur di segala bidang. Mereka lebih mengutamakan kepentingan para kapitalis daripada hak-hak rakyat. Hingga musibah terjadi di mana-mana, banjir salah satunya.

Semua diakibatkan karena ulah manusia. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 41 yang artinya:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Begitulah Allah Swt. telah memberikan peringatan yang keras kepada manusia. Namun, karena sistem yang salah, para pemimpin negeri pun dibuat terbuai dan semakin lalai dengan kewajibannya sebagai pengurus rakyat.

0 Komentar