Jadi, nama lo yang asli dari lahir itu Devan. Devandra Putra. Bukan Edgardo Keenan. Dan ya, sosok bocah laki-laki di mimpi lo itu lo, Gar.” Kata Bulan dengan raut sayu.Edgar terdiam berusaha menelan fakta yang cukup mengejutkan baginya barusan. Ia masih berusaha tenang tanpa mengucap sepatah katapun. Bintang melirik Bulan sebagai tanda ia yang akan melanjutkan.“Gue tau. Lo masih denial kan? Oke, gue akan kasih fakta selanjutnya. Bekas luka di dahi lo itu bukan karena terpeleset di toilet, tapi karena kecelakaan yang lo alami. Iya, kecelakaan tabrakan beruntun 10 tahun yang lalu, yang lo mimpiin barusan. Gue dan Bulan di dalam mobil yang sama dengan lo. Yah, emang sebuah keajaiban kita bertiga bisa selamat dari keadaan kritis, terkecuali almarhum bokap lo.” Ungkap Bintang berusaha meyakinkan lelaki di hadapannya yang semakin terlihat kebingungan.Setelah kesunyian selama 10 menit akhirnya Edgar membuka suara. “Jadi… ingatan masa kecil yang gue inget selama ini sudah direkayasaoleh ibu gue ternyata hahaha. Edgar kecil yang pintar dan pemurung itu ga ada sebenarnya, wow. Bokap gue ternyata meninggal dengan naas begitu karena gue yang cuma laper jadi pulang kemaleman padahal kan bisa makan di rumah.” Ucap Edgar dengan nada ironis.“Demi kesehatan mental lo, ibu lo itu ngeterapi lo dulu setelah kecelakaan biar lo ga trauma, Gar. Bagian terpenting yang pengen beliau hapus dari ingatan lo tuh mimpi lo hari ini asal lo tau. Ibu lo paling ga mau ngebahas yang menyangkut Dufan atau taman hiburan lainnya, ‘kan? Makanya lo dituntut jadi pintar juga seperti kami biar terhindar dari masa kecil bahagia yang harusnya lo punya. Entah lah gue juga ngerasa dulu perlakuan beliau ke lo kejam, sampai kita bertiga harus diam-diam untuk bertemu dengan satu sama lain karena lo homeschooling sampai kelas 8.” Tutur Bulan.“Hahhh… hari ini hari terpanjang di hidup gue mengalahkan KKN di desa nanti mungkin.” Desah Edgar sambil bergurau.“Lo percaya dengan semua perkataan kami, Gar?” Tanya Bintang memastikan.