The Lost Piece Memory

Cerpen
Ilustrasi cerpen. /Pixabay/susan-lu4esm
0 Komentar

Kynara Nurul FadhilaSMAN 5 TANGERANG

Semilir angin berhembus kencang di alun-alun Kota Kembang. Seorang lelaki duduk termenung di pinggir alun-alun bersama teman-teman kampusnya. Ia yang terkantuk pun akhirnya berbaring dan tertidur lelap di tengah keramaian tempat itu. Nampaknya ia akan bermimpi cukup panjang kali ini.Tring!! Tring!!

Terdengar bunyi bel pergantian jam pelajaran. Di sebuah kelas di salah satu SD terkenal di Jakarta terdengar keramaiannya yang diisi oleh sepasang anak perempuan kembar tak seiras dan seorang anak laki-laki yang terlihat bercanda tawa ria karena melontarkan lelucon masing-masing. Mereka terlihat sangat akrab.

Saatnya jam pelajaran matematika. Mereka ditegur oleh sang guru yang baru datang karena gaduh. Bu Melly pun menunjuk salah satu dari mereka untuk maju ke depan mengerjakan salah satu soal yang terpampang di papan tulis.

Baca Juga:Sekda Jabar Lepas 2.034 Pemudik di Terminal CicaheumDorong Transformasi Digital, Sekda Herman: Digitalisasi Harus Berdampak pada Kesejahteraan Masyarakat

“Psst. Psst. Bulan, Bintang. Bantuin aku dong, kalian berdua ‘kan pintar banget, terpintaaar satu sekolah malah.” Rayu Devan dengan jenaka yang berusaha mendapat bantuan dari setidaknya salah satu teman karib sejak kecilnya itu.

Bulan yang tidak tega melihat temannya itu pun akhirnya mengatakan kepada Bu Melly agar ia maju ke depan juga karena tadi membuat gaduh, Bu Melly mengiakan perkataannya. Bintang tidak ingin ikut maju dengan mereka karena ia merasa dirinya tidak membuat kegaduhan tadi.

“Lan. Lan. Habis begini diapain? Alas dan tinggi yang mana?” Bisik Devan sambil menunjuk rumus segitiga yang sudah ia tulis.“Alas itu yang di bawah, kalo tinggi yang di tengah-tengah itu lho. Keduanya dikalikan lalu dibagi dengan dua deh.” Jawab Bulan setelah menyelesaikan soal miliknya.

“Oh begitu.. makasih Bulaaan. Bulan baik banget deh.” Celetuk Devan sambil mengedipkan matanya.

Bintang yang melihat mereka berdua pun langsung memutar bola matanya seakan tidak menyukai interaksi keduanya barusan dan segera mengerjakan tugas baru yang sudah diberikan.

Tak terasa bel jam istirahat sudah berbunyi. Tibalah saatnya bagi murid-murid SD Pelita makan siang. Devan, Bulan, dan Bintang sepakat untuk jajan di kantin. Berbagai varian menu di kantin cukup beragam dengan harga yang ramah di kantung anak SD. Mereka bertiga membeli soto mie dan bergegas ke lantai 2 untuk mengambil tempat duduk yang sejuk.

0 Komentar