“Kalo percaya 100% untuk sekarang belum bisa. Gue masih harus menaruh kepingan puzzle dari kalian ke dalam kejanggalan memori di otak gue selama ini, Bin, Lan. Kasih gue waktu, gapapa kan?” Ucap Edgar.“Gapapa kok, ga ada yang maksa juga lo harus telan bulat-bulat apa yang gue dan Bulan katakan tadi.” Jawab Bintang.“Oh iya, gue juga sekalian mau ingetin sesuatu. Kecelakaan yang menewaskan bokap lo di malam itu memang sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa ya, Gar. Jangan terlalu menyalahkan diri lo untuk hal itu.” Ujar Bulan menasehati.“Iya, Lan. Tapi tetep aja itu beneran bikin gue jadi nyesek.…” Ucap Edgar yang sudah meneteskan air matanya di bantal yang ia peluk sejak tadi.Malam ini merupakan malam yang menyesakkan dengan diisi oleh isak tangis lelaki itu. Hanya satu pintanya dalam hati, memutarbalikkan waktunya ke waktu ia merengek makan McD kepada ayahnya, hanya itu. Ia mengandai-andai apabila ayahnya masih hidup, sekarang pasti sedang tersenyum bangga melihatnya dan duduk di sampingnya sembari memberi petuah baginya.